viral4dgacor.com: Final Piala Dunia Wanita FIFA 2019
Untung99 menawarkan beragam permainan yang menarik, termasuk slot online, poker, roulette, blackjack, dan taruhan olahraga langsung. Dengan koleksi permainan yang lengkap dan terus diperbarui, pemain memiliki banyak pilihan untuk menjaga kegembiraan mereka. Selain itu, Untung99 juga menyediakan bonus dan promosi menarik yang meningkatkan peluang kemenangan dan memberikan nilai tambah kepada pemain.
Berikut adalah artikel atau berita tentang Harian viral4dgacor.com dengan judul viral4dgacor.com: Final Piala Dunia Wanita FIFA 2019 yang telah tayang di viral4dgacor.com terimakasih telah menyimak. Bila ada masukan atau komplain mengenai artikel berikut silahkan hubungi email kami di koresponden@viral4dgacor.com, Terimakasih.
Final Piala Dunia Wanita FIFA 2019 merupakan pertandingan sepak bola yang menentukan juara Piala Dunia Wanita FIFA 2019. Pertandingan ini merupakan final kedelapan dari Piala Dunia Wanita FIFA, suatu turnamen empat tahunan yang diikuti oleh tim nasional wanita dari asosiasi anggota FIFA. Pertandingan ini digelar di Parc Olympique Lyonnais, Décines-Charpieu, France, pada 7 Juli 2019.
Pertandingan ini mempertemukan Amerika Serikat, sebagai juara bertahan, dengan Belanda, yang mencapai babak final untuk pertama kali. Amerika Serikat menang dengan skor akhir 2–0, sekaligus memperoleh gelar juara Piala Dunia Wanita untuk kali kedua secara beruntun dan kali keempat secara keseluruhan. Gol pada babak kedua dicetak oleh co-kapten Megan Rapinoe dari titik penalti and Rose Lavelle.
Kedua finalis merupakan juara bertahan dari kejuaraan kontinental masing-masing. Amerika Serikat menjuarai Piala Emas Wanita CONCACAF 2018, sementara Belanda menjuarai Kejuaraan Wanita UEFA 2017. Pertandingan ini dimainkan pada hari yang sama dengan pertandingan final dari Copa América dan Piala Emas CONCACAF.
Pertandingan final digelar di Parc Olympique Lyonnais, Décines-Charpieu, dekat kota Lyon. Saat turnamen berlangung, stadion ini dikenal sebagai Stade de Lyon oleh FIFA. Stadion ini memiliki kapasitas sebanyak 57.900 kursi, dan juga difungsikan untuk babak semi-final.[6] Stadion ini diumumkan sebagai salah satu stadion untuk turnamen final saat Prancis terpilih sebagai tuan rumah pada 19 Maret 2015.[7] Pada September 2017, stadion ini resmi dipilih sebagai tempat penyelenggaraan pertandingan babak semi-final dan final.[8] Stadion ini merupakan markas dari klub yang bertanding di Ligue 1, Lyon, yang dibuka pada Januari 2016 dan menggantikan stadion sebelumnya, Stade de Gerland.[9] Stadion ini juga mengadakan pertandingan Liga Champions Wanita UEFA untuk tim putri dari Olympique Lyonnais, klub sepak bola wanita tersukses dalam sejarah sepak bola antarklub Eropa.[10][11]
Pada 2008, proyek pembangunan stadion ini disetujui oleh pemerintah Prancis dan komune Décines.[12] Proses pembangunan stadion dimulai pada pertengahan 2013,[13] dan selesai pada akhir 2015 dengan anggaran sebanyak €450 juta.[14][15] Stadion ini dipilih sebagai salah satu tempat penyelenggaraan pertandingan UEFA Euro 2016, dengan menggelar enam pertandingan.[16] Stadion ini juga menggelar pertandingan final Coupe de la Ligue 2017 dan Final Liga Eropa UEFA 2018.[17][18] Selain sepak bola, Parc Olympique Lyonnais juga menyelenggarakan beberapa pertunjukan musik,[19] serta pertandingan hoki es dan uni rugbi,[20] termasuk Final European Rugby Champions Cup 2016 dan Final European Rugby Challenge Cup 2015–2016 pada tahun 2016.[21] Stadion ini juga akan mengadakan pertandingan Piala Dunia Rugbi 2023 dan pertandingan sepak bola pria dan wanita pada Olimpiade Musim Panas 2024.[22][23]
Untuk pertama kalinya sejak 2007, dan kelima kalinya secara keseluruhan (dengan 1991, 1995, dan 2003), pertandingan final ini menampilkan satu tim dari Eropa. Perwakilan dari Eropa mengisi tujuh dari delapan tempat di babak perempat-final.[24] Dua final sebelumnya mempertemukan Jepang dan Amerika Seikat.[25]> Pertandingan ini merupakan pertandingan final pertama yang mempertemukan perwakilan dari Amerika Utara dengan perwakilan dari Eropa.[25] Pertandingan ini juga merupakan pertandingan final pertama dari Piala Dunia wanita atau pria yang mempertemukan juara bertahan Piala Dunia dengan juara bertahan dari kejuaraan kontinental Eropa.[26]
Pertandingan ini merupakan final Piala Dunia Wanita kelima yang sekaligus melanjutkan rekor penampilan di final Piala Dunia Wanita bagi bagi Amerika Serikat, juara bertahan dan juara terbanyak dalam kompetisi ini dengan tiga gelar, yakni pada 1991, 1999, dan 2015, serta kalah pada final 2011.[27] Dalam tujuh edisi turnamen sebelumnya, Amerika Serikat tidak pernah finis di bawah posisi ketiga.[28] Pertandingan ini merupakan penampilan final ketiga secara beruntun bagi Amerika Serikat, yang sekaligus menjadi rekor dalam kompetisi ini.[29]
Jika menang, Amerika Serikat akan menjadi tim kedua yang berhasil mempertahankan gelar juara, setelah Jerman pada 2003 dan 2007.[25] Jill Ellis menjadi manajer ketiga yang mencapai dua final Piala Dunia Wanita, setelah Even Pellerud untuk Norwegia (pada 1991 dan 1995) dan Norio Sasaki untuk Jepang (pada 2011 dan 2015), masing-masing manajer memperoleh satu kali kemenangan dan satu kali kekalahan.[30] Bersama Sarina Wiegman, pertandingan ini merupakan pertandingan final kedua dengan pelatih wanita pada masing-masing tim, setelah final 2003 antara Tina Theune dari Jerman dan Marika Domanski-Lyfors dari Swedia.[31]
Pertandingan ini merupakan final Piala Dunia Wanita yang pertama bagi Belanda dalam penampilan kedua pada turnamen ini. Belanda merupakan negara Eropa keempat (setelah Jerman, Norwegia, dan Swedia) dan negara kedelapan secara keseluruhan yang mencapai babak final Piala Dunia Wanita, serta finalis baru pertama setelah Jepang pada 2011.[25] Pertandingan ini merupakan pertemuan kedelapan dengan tim Amerika Serikat, sekaligus pertemuan kompetitif pertama. Sebelumnya kedua tim hanya bertemu dalam pertandingan persahabatan. Kedua tim pertama kali bertemu pada 1991, yang dimenangkan Belanda dengan skor 4–3, tetapi kemudian Amerika Serikat memenangkan enam pertandingan berikutnya, termasuk pertandingan terakhir dengan skor 3–1 pada September 2016.[32]
Pertandingan final dijadwalkan pada tanggal 7 Juli telah menyebabkan beragam kritik di antara penggemar sepak bola wanita karena final dari dua kejuaraan kontinental pria akan dihelat pada tanggal yang sama—Copa América di Rio de Janeiro dan Piala Emas CONCACAF di Chicago.[33] Salah sati dari final tersebut juga akan menampilkan tim putra dari Amerika Serikat.[34] Namun pada September 2017, FIFA mengonfirmasi jadwal Piala Dunia Wanita 2019, sebelum CONMEBOL dan CONCACAF mengumumkan jadwal turnamen masing-masing.[35]
Peristiwa tersebut disebut FIFA sebagai peristiwa langka dan menarik, sementara co-kapten AS Megan Rapinoe mengkritiknya sebagai peristiwa yang konyol dan mengecewakan.[36] Presiden CONCACAF Victor Montagliani berkata bahwa penjadwalan final Piala Emas edisi tahun ini merupakan akibat dari kesalahan administrasi dan konflik tersebut tidak disadari hingga mendekati waktu pelaksanaan.[37]
Bola resmi yang akan digunakan dalam pertandingan final adalah Adidas Tricolore 19, yang diperkenalkan pada babak gugur sebagai varian warna merah dari Conext 19. Bola ini menampilkan grafik kilauan biru dan merah, dan terinspirasi dari Adidas Tricolore yang diperkenalkan untuk Piala Dunia FIFA 1998, yang berakhir dengan gelar juara yang pertama bagi tuan rumah Prancis.[38]
Pada 5 Juli 2019, FIFA menunjuk wasit Stéphanie Frappart dari Prancis sebagai wasit utama untuk pertandingan final.[2] Frappart telah menjadi wasit FIFA sejak 2009,[39] dan sebelumnya bertugas pada Piala Dunia Wanita FIFA 2015, Olimpiade Musim Panas 2016, dan Kejuaraan Wanita UEFA 2017.[40] Pada April 2019, Frappart menjadi wanita pertama yang bertugas sebagai wasit di Ligue 1, liga sepak bola profesional pria divisi teratas di Prancis.[41] Pertandingan ini merupakan pertandingan keempat bagi Frappart sebagai wasit dalam turnamen ini, setelah dua pertandingan babak grup dan satu pertandingan babak perempat-final. Kompatriot Manuela Nicolosi dipilih sebagai asisten wasit bersama Michelle O’Neill dari Republik Irlandia. Claudia Umpiérrez dari Uruguay dipilih sebagai wasit keempat, bersama kompatriot Luciana Mascaraña yang bertugas sebagai asisten wasit cadangan. Carlos del Cerro Grande dari Spanyol dipilih sebagai asisten wasit video, yang memimpin penggunaan pertama dari teknologi ini dalam pertandingan final Piala Dunia Wanita. Rekan senegaranya, José María Sánchez Martínez, dipilih sebagai pembantu asisten wasit video, bersama Mariana de Almeida dari Argentina.[42]
Co-kapten Amerika Serikat Megan Rapinoe, yang mencetak lima gol dan memberi tiga assist selama turnamen, dikeluarkan dari barisan pemain lini utama selama pertandingan semi-final melawan Inggris karena mengalami pulled hamstring. Namun, Rapinoe berkata bahwa dirinya dapat kembali sebelum pertandingan babak final.[43] Pemain gelandang Amerika Serikat Rose Lavelle juga ditarik keluar selama pertandingan semi-final karena cedera hamstring,[44] walaupun dia juga berkata bahwa dirinya cukup bugar untuk bermain dalam pertandingan final.[45]
Pemain sayap Belanda Lieke Martens, pemenang The Best FIFA Women’s Player pada 2017, juga diragukan tampil karena cedera pada jari kaki. Martens bertanding sejak awal pada babak semi-final melawan Sweden, yang sebelumnya juga diragukan tampil, tidak dapat memberikan penampilan terbaiknya dan digantikan pada paruh waktu.[46] Penjaga gawang Sari van Veenendaal juga mengakhiri pertandingan semi-final dengan masalah pembengkakan pada tangan, tetapi kemudian kembali bertanding pada pertandingan final.[47]
![]() |
|
|
|
Amerika Serikat memperpanjang rekor melalui gelar keempat, dan menjadi tim kedua yang menjuarai dua edisi Piala Dunia Wanita secara beruntun, setelah Jerman pada 2003 dan 2007.[50] Ini juga merupakan gelar juara Piala Dunia Wanita yang pertama di tanah Eropa bagi Amerika Serikat.[51] Selama turnamen digelar, Amerika Serikat mencetak 26 gol yang menjadi gol terbanyak dalam satu edisi Piala Dunia Wanita, memecahkan rekor 25 gol yang masing-masing dicetak Amerika Serikat pada 1991 dan Jerman pada 2003.[52][30] Selisih gol sebanyak +23 juga ditetapkan sebagai rekor baru.[53] Rekor tak terkalahkan menjadi 17 pertandingan, termasuk 12 kemenangan beruntun.[54] Jill Ellis menjadi manajer pertama yang memperoleh dua gelar juara Piala Dunia Wanita, meski mendapat kritik dari penggemar tim karena gaya melatihnya.[55][56] Pada 10 Juli, tim nasional Amerika Serikat diarak melewati Canyon of Heroes di New York City dan menerima penghargaan Outstanding Team ESPY untuk kali ketiga di Los Angeles.[57][58]
Megan Rapinoe terpilih sebagai pemain terbaik dalam pertandingan ini,[1] dan dianugerahi Golden Ball sebagai pemain terbaik dalam turnamen ini. Rapinoe juga memenangkan penghargaan Golden Boot sebagai pencetak gol terbanyak dengan enam gol dan tiga assist, sementara Alex Morgan memenangkan Silver Boot dengan hitungan yang sama; Rapinoe menang melalui tie-breaker kedua, yakni dengan waktu bermain yang lebih sedikit.[59] Pada umur 34 tahun, Rapinoe menjadi pemain tertua yang memenangkan penghargaan Golden Ball dan Golden Boot.[60] Rose Lavelle memenangkan penghargaan Bronze Ball, sementara penjaga gawang Sari van Veenendaal dari Belanda memenangkan penghargaan Golden Glove sebagai penjaga gawang terbaik dalam turnamen ini, dengan delapan penyelamatan pada babak final yang terbanyak sepanjang babak gugur edisi 2019.[61][62]
Rapinoe menjadi pemain yang bertanding dalam tiga final Piala Dunia Wanita, setelah Birgit Prinz dari Jerman (1995, 2003, dan 2007). Selain itu, Tobin Heath, Ali Krieger, Carli Lloyd, dan Alex Morgan juga tampil dalam tiga pertandingan final.[53] Gol yang dicetak oleh Rapinoe menjadikannya sebagai pemain pertama yang berhasil mencetak gol penalti di luar babak adu penalti dalam final Piala Dunia Wanita. Rapinoe juga menjadi pemain tertua yang mencetak gol dalam pertandingan final, melewati kompatriot Carli Lloyd yang mencetak hat-trick dalam final 2015 pada usia 32 tahun dan 354 hari.[63]
Amerika Serikat menerima hadiah uang sebesar $4 juta (3,5 juta euro) sebagai juara turnamen, sedangkan Belanda menerima $2,6 juta (2,3 juta euro) sebagai runners-up.[64][65] Amerika Serikat juga akan mengadakan tur empat pertandingan untuk profit sharing, dengan jumlah sekitar $250.000 untuk setiap pemain.[66] Hadiah tersebut, beserta sedikit bonus dari Federasi Sepak Bola Amerika Serikat, dikritik karena dinilai tidak adil dan diskriminatif bila dibandingkan dengan tim pria; para penggemar di dalam stadion menggemakan kata “Equal pay!” (“Penyetaraan upah!”) saat presiden FIFA Gianni Infantino tampil dalam acara penyerahan trofi bersama presiden Prancis Emmanuel Macron.[67][68] Beberapa tokoh media dan olahraga di Amerika Serikat juga menyebutkan masalah tersebut sembari mengucapkan selamat atas kemenangan tim.[69] Senator Joe Manchin menanggapi dengan memperkenalkan aturan di Senat Amerika Serikat yang akan menjadikan penyetaraan upah untuk tim wanita sebagai syarat pendanaan federal untuk Piala Dunia pria 2026, yang akan diselenggarakan sebagian oleh Amerika Serikat.[70] Presiden Amerika Serikat Donald Trump, yang telah mengkritik protes dan komentar dari Rapinoe mengenai penolakan kunjungan ke Gedung Putih, juga memberikan ucapan selamat kepada tim bersama mantan presiden Barack Obama dan Bill Clinton.[71]
Penyiaran pertandingan oleh Fox di Amerika Serikat disaksikan oleh 14,3 juta penonton dan melewati final turnamen pria edisi (yang tidak menampilkan Amerika Serikat), tetapi sedikit merosot dari penyiaran Piala Dunia Wanita 2015 yang tayang pada jam tayang utama di Amerika Serikat alih-alih pada akhir pagi.[72] Tambahan 1,6 juta warga Amerika Serikat menyaksikan pertandingan melalui Telemundo dalam bahasa Spanyol, dan online streaming Fox yang disaksikan oleh sekitar 289.000 pengguna.[73]
Di Belanda, pertandingan ini disaksikan oleh 5,5 juta warga, yang merupakan sekitar 88 persen warga dengan akses tayangan televisi.[73] Penyiaran di TV Globo dari Brasil beserta mitra disaksikan oleh 19,9 juta warga (TV sharing 41,7 persen) dan menjadi rekor baru untuk sepak bola wanita. Audiensi besar juga dilaporkan di Prancis (5,9 juta), Jerman (5,1 juta), Swedia (1,5 juta), dan Britania Raya (3,2 juta).[73][74]